Sisa


Corak-corak pelangi indah,
Sering teman sisi duka,
saat hati menyembah luka,
tika emosi dirantai lara.

yang berbaki dalam hati ; sisa,
yang terluah dalam bicara ; sisa,
yang terukir pada senyum ; sisa,
yang diludah dari celahan mata ; sisa.

hilang-hilang sudah rasa,
pergi-pergi telah jiwa,
yang tinggal kosong putih lembaran cinta,
tunggu nanti dicoret ceritera baru-rasa.

Tika ini,
kau purnama aku hamparan belantara,
tika ini,
kau air aku seisi unggun panas,
cuba mengikat tali satu, berakhir mustahil.

Radin Aizuddin, Ramadhan 21

Kau Dibelakangku



dunia dan maju majunya,
manusia dan dusta dusta mereka.

didepan dan lagak kau mulia,
tak henti ratib dan kata manismu,
terpedaya sakan tertib tipu daya,
percaya dinoda hilang yakinnya,
senyum terus terukir; sinis.

mulut dan bertatah bicara indah,
bagai dadah kau suapkan dan khayal,
hati percaya kau tiada tipu celanya,
terhenti lamunan; kau manusia.

setianya kau sarungkan cermin,
memapar jelas kau pelacur cinta,
dibelakangku beratur simpananmu,
didepanku aku yang satu,
itu bicaramu; palsu.

senyum ukir itu bukan untukku,
gelak tawa itu bukan milikku,
tingkah jari menari meluah kasih,
bukan untukku, tapi simpananmu,
kau dibelakangku; jelik.

Radin Aizuddin, Ramadhan 2013

Meniti Hari

Meniti Hari

Langkah aku terus tanpa tuju,
Langkah aku terus berhujung buntu,
Langkah aku terus mencoret luka,
Langkah aku terus bersulam duka.

Sosok aku ini berisi jiwa,
Meminjam nyawa pencipta masa,
Kadang benar itu salah,
Kadang tawa itu gundah.

Hari hari aku berona warna,
Kadang gelap kadang terang,
Warna warni tiada selalu,
Saban masa diiring sendu.

Hati tetap berpaksi satu,
Tetap sujud pada Yang Kuasa,
Kerna yakin kuasa Yang Esa,
Tetap aku meniti hari,
Kerna esok pasti bahagia.